CANDAAN SUKARDI KEPADA JOKOWI SANG PRESIDEN

"Kalau lagi mau mengerjai Pak Presiden, jangan ambil posisi duduk paling tengah ketika di meja makan. Ambil posisi duduk paling sudut. Biar bisa mengerjai Pak Presiden," ujar Sukardi. Hahaha. Mimo, saya itu melihat sorot mata Pak Sukardi ketika mengucapkannya dialog itu. Benar-benar sorot mata yang jenaka. Bukan hanya bibirnya yang tersenyum. Syaraf wajahnya juga ikut tersenyum. Bundaran di sekeling matanya yang sedikit menghitam juga ikut membantu senyuman tercipta di bibirnya.

Ah, Mimo, bundaran sedikit menghitam di kelopak mata bisa disebabkan terlalu memakai kacamata atau terlalu lama di depan latar PC atau gadget. Tetapi aku lagi tidak ingin membahas bundaran bola mata itu. Aku hanya ingin membahas sesuatu yang disampaikan bola mata itu.

"Pak Presiden itu ya suka bercanda. Terkadang kita yang dikerjai. Dan terkadang giliran beliau yang kita kerjai." Mimo perkataan itu begitu tenang. Dan kau dapat membayangkan seperti apa wajah Pak Presiden. Wajah Joko Widodo meski sedang tidak bercanda, tetap saja terlihat bercanda. barangkali karena pembawaannya. Lain waktu saya ingin menatap wajah itu berlama-lama, Mimo. Menatap secara langsung bicara dari hati ke hati, dari mata ke mata. Bercerita tentang negara. Atau mungkin bercerita tentang seekor kucing yang bernama Mimo dengan ekor yang panjang. Badan kurusan. Suka tidur di sofa waran coklat di Cempaka Putih, di sebuah kontrakan, di tepian Kali.

Ah, mengingat kali Cempakat Putih Barat, perasaan dan pikiranku tertuju kepada aromanya. Lupakan Mimo. Lupakan dulu sejenak ingatan tentang Aroma. Aku hanya ingin mengingat dan menceritakan kepadamu tentang Sukardi si pencerita dari Sudut Istana dalam sebuah lawatanku ke Istana. Sukardi menceritakan kepadaku tentang bagaimana beliau mengerjai Bapak Presiden kita. Tentu pula itu juga termasuk Bapak Presiden dirimu Mimo. Kau berada di wilayah Indonesia. Itu artinya kau juga bepresiden kepada Presiden di wilayah di mana kamu tinggal. Sebab presiden tidak hanya berlaku bagi manusia, melainkan juga berlaku terhadap apa pun yang berada di wilayah kekuasaan negara. Juga termasuk dirimu Mimo.

Bedanya kau tidak perlu memiliki SIM. Kau tidak perlu mendaftarkan diri sebagai anggota tetap BPJS dengan cicilan setiap bulan. Kau juga tidak perlu memiliki kartu keluarga sebagai bukti kau bagian dari anggota keluarga sebuah negara. Kau juga tidak perlu mengurus akte kelahiran. Sebab sekolah bagimu adalah arena bermain di mana saja yang kamu inginkan. Kalau kau lapar kau tinggal menangkap tikus dalam got.

"Pak Presiden itu suka sekali dengan sayur daun singkong yang ditubruk halus. Beliau kalau sudah ke Medan itu salah satu yang dicari ya sayur daun singkong itu." Di antara cerita yang aku dengar perkiraan intinya seperti itu. Suaranya yang tenang itu mulai bercerita lagi.

"Pada lawatan ke Medan di meja makan saya sengaja mengambil posisi duduk paling pojok. Pak Presiden mengambil duduk di tengah. Saya sudah tahu Pak Presiden mengincar sayur kesayangannya. Saya pindahkan sayur kesayangannya ke bagian sudut." Diam sejenak. Terus beliau lanjutkan lagi.

"Pak Presiden itu ya melihat-melihat ke bagian sudut meja saya. Saya ya pura-pura tidak tahu saja. Pura-pura tidak melihat Pak Presiden melihat sayur daun singkong di meja saya." Akhirnya Mimo, Sukardi tertawa lepas. Tidak hanya Sukardi. Orang-orang yang berada dalam ruangan rapat Sekretariat Negara, Gedung Utama lantai 3 itu juga ikut tertawa. Qalbi Salim, Ubay, Wendy, Lasmi Purnawati, Mr. Pram, Mr. Handoko. Dan saya masih posisi memperhatikan baik-baik mata yang bercerita itu. Mata yang bahagia. Tentu Mimo apa yang saya tuangkan ini ada cara pandang saya terhadap candaan seorang Sukardi bersama Bapak Presiden.

Mimo, kusudahi dulu cerita ini. Padang sangat cerah. Hatiku juga secerah Padang. Mungkin karena angin barat lagi berdamai dengan cuaca dan suasana hatiku. Sebab itu hujan tidak turun sedari pagi. Padahal pagi kemarin hujan turun. Dan aku memilih tidur sampai siang. Mungkin kamu juga begitu Mimo. Bukankah kerjaanmu itu ya tidur sepanjang siang. Kalau enggak tidur sepanjang siang, kamu pura-pura menonton televisi bersama Hasan. Padahal kamu lagi mengincar mainan ranting yang digantung Hasan di dinding.

ALIZAR TANJUNG

2 Komentar

  1. aku penasaran jumpa sama mimo nya :D

    BalasHapus
  2. wahaha berani juga ya pak Sukardi mengerjai presiden
    yaa mungkin karena presidennya juga memang santai sih ya, jadi orang gak segan untuk bercanda dengan beliau

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama