ANAK-ANAK KARANGSADAH BERSAMA ARMINI ARBAIN


"Silahkan Tuan Pengarang. Silahkan lanjutkan memberikan tanda tangan di buku Tuan yang barusan dimiliki Ibu Armini Arbain. Dosen unand yang baik itu Tuan. Dengan senang hati saya persilahkan Tuan. Sekarang masih pagi Tuan. Sabtu yang dingin dan tanggal 14 hari yang baru lahir di tahun."

Alizar Tanjung dan Anak-anak Karangsadah
Arbini Arbain dan Alizar Tanjung dalam sesi Tanda Tangan Anak-anak Karangsadah.
"'Seperti dendam, rindu memang harus dibayar tuntas.' Aku ingat-ingat betul kalimat sahabat pengarang Eka Kurniawan ini. Tuan Pengarang tahu betul ada rindu yang memang tidak pernah selesai. Dan kita memang tidak harus menuntutnya selesai."

"Tuan Pengarang berkata pelan sekali kepadaku. Tuan Pengarang tahu betul bahwa rindu memang harus tumbuh. Dan salah satu buah rindu itu adalah Anak-anak Karangsadah novel pertama tuan yang diterbitkan dibawah naungan Erkapublishing."

"Panggil saja aku Ali. Aku, Ali, dan selamanya begitu. Kau panggil aku Tuan Pengarang, tetap saja namaku Ali. Kau memang tahu betul cara menyenangkan orang wahai Tuan Penulis."

"Biarlah aku panggil Tuan dengan sebutan Tuan Pengarang, Tuan. Seperti Denni Meilizon memanggil Tuan. Kapan-kapan tanda tangan Tuan mesti ada di daftar buku yang aku miliki. Dan Bung Denni bakal berkata sekali, 'lihatlah Tuan Pengarang yang sunyi itu sebentar lagi dia tidak bakal sunyi lagi. Angin baik sudah berhembus.'"

"Dalam hal Tuan Muhammad Subhan bakal setuju. Bahkan Tuan Muda Boy Candra bakal angguk-angguk kepala. Sunyi memang harus diisi Tuan. Dan Rindu memang harus dibalas tuntas."[]
Lebih baru Lebih lama