Di Muka Bumi Ini Banyak Orang Baik

Oleh ALIZAR TANJUNG


Foto ini Pertunjukan Saluang dari Mak Hasan Nawi di acara Pekan Nan Tumpah 2021


Baru saja terjadi. Ya baru saja. Ini juga baru lewat beberapa menit sampai di rumah di Berok Nipah. Ada saja orang baik di muka bumi yang menolong orang lain tanpa pamrih. Kenal enggak. Kalau hatinya sudah tergerak, ya, dia gerakkan anggota tubuhnya untuk menolong orang lain. Orang lain itu saya. Ya, saya, baru saja ditolong oleh pemotor perempuan di dekat jembatan Jati.

Dari cerita sepanjang jalan saya tahu dia baru saja tamat dari SMK 6 Padang, jurusan tara rias. Dari dia juga yang saya tahu ibunya menjual kue. Bapaknya kerja sebagai buruh.

Entah apa yang terjadi motor saya tiba-tiba mati seperti kehabisan bensin. Saya lihat amper minyak, masih penuh. Saya curiga ini bukan bensin yang menjadi pangkalbalanya. Saya curiga ini disebabkan kekeringan oli yang sudah cukup berbulan belum diganti-ganti. Tepat selepas rel kereta api pasar alai motor matic saya mati mendadak. Saya stater beberapa kali, hidup sebentar, mati lagi. Begitu saja kerjanya. Jam sudah pukul 23 lewat beberapa menit. Tafsirnya saya kisaran lewat 23 lewat menit. Kira-kira saya begitu.

Celakanya malam sudah larut. Mana ada bengkel yang masih buka! Ban depan motor juga sedikit kurang angin. Mau dibawa jalan ke Berok Nipah, sudah tentu bakal memakan waktu 2 jam kalau didorong. Sedangkan saya membonceng istri. Pusing juga saya. Minta tolong pickup jemput, mana ada malam-malam hari. Sempat juga saya terpikir mau menitip di tempat orang, setelahnya ambil gocar untuk pulang. Pikiran itu saya abaikan. Saya bilang sama istri saya, kita lanjutkan saja perjalanannya. Celaka jalan tiba ditanjakan menuju jembatan Jati.

Sempat juga pusing dan hampir menyerah. Saat itu lah Yati, sebut saja begitu, berdua bersama temannya menghampiri saya dari belakang. “Habis minyak Pak?” Saya jawab tidak. Kemungkinan habis oli. “Di depan ada bengkel dekat Adabiah.” Dia dorong motor saya dengan kakinya dari sebelah kanan, enggak bisa ternyata. Kemudian pindah ke sebelah kiri, baru motor jalan. Awal megap-megap. Baru setelahnya mulai lancar.

Sampai simpang Adabiah, bengkel tutup. “Depannya lagi ada Pak?” Dia yakinkan saya. Saya jadi enggak enak hati. Sampai rumah sakit M. Djamil, rupanya bengkel tutup juga. Semakin jadi enggak enak hati merepotkan Yati.

“Tinggal di mana, Uni?” ujar Saya.

“Dekat bundaran tadi, Pak.”

“Merepotkan Uni!”

“Jangan panggil Uni, Pak. Masih kecil.”

“Enggak apa-apa!” jawab saya. Enggak selalu panggilan Uni untuk menunjukkan seseorang lebih tua. Itu juga bisa untuk menghormati seseorang.

“Kuliah dimana?’

“Baru tamat, Pak.”

Ya, pembicaraan itu berlanjut. Saya bilang saya tinggal di Berok Nipah. Dia sama sekali tidak keberataan mengantarkan saya ke Berok Nipah. Sepanjang jalan itulah kami bercerita. Sama sekali enggak ada nada enggan dari percakapan dengan Yati. Cukup memakan waktu untuk sampai ke Berok Nipah. Setidaknya ada lebih kurang 5 KM perjalanan. Sepanjang itu pula saya mendapatkan kebaikan dari orang yang tidak saya kenal. Dia menolong tanpa pamrih.

Dalam hati saya, saya ingin memberinya uang nanti setelah sampai di rumah. Niat itu saya urungkan. Ada kekhawatiran saya. Kebaikan seperti ini bukan untuk dibalas dengan selembar uang. Uang enggak bisa menggantikan kebaikan seseorang yang tulus dari hati membantu orang lain. Ada kebaikan yang tidak minta dibalas apapun. Ada kebaikan yang untuk disimpan dengan hati sebagai kenang-kenangan hidup bahwa pernah menolong seseorang dengan sangat tulusnya.

Saya mencoba masuk ke dalam hati dan pikiran orang yang menolong saya. Dia tulus menolong saya. Kalau saya menawarkan balasan dengan selembar uang, apa yang bakal dia pikirkan dalam hatinya. Tentu dia bakal menolak. Saya yakin sekali. Orang seperti ini bukan orang yang membutuhkan uang sebagai balasan. Orang seperti ini orang yang didalam hatinya ada kepuasan setelah menolong orang lain. Saya sadari itu. Sebab itu saya urungkan.

Benar saja. Baru saja saya sampai sampai di rumah, dia langsung mau putar motor. Saya minta dia singgah dulu, dia tidak mau. Tanpa pikir panjang, dia langsung mau tancap gas. Saya sampaikan terimakasih. Dia benar-benar langsung pergi. Saya jadi semakin yakin ini tipe orang yang spesial. Jarang-jarang orang yang seperti ini, membantu tanpa pamrih, sangat tulus. Melihat kesusahan orang lain sebagai kesempatan untuk membantunya dengan hati yang tulus dari lubuk hati yang paling dalam.

Banyak orang baik di muka bumi. Saya hanya minta satu sama Tuhan pertemukan saya kembali dengan orang baik ini. Saya tidak tahu nomor kontaknya. Saya tidak tahu persis alamat rumahnya.[]

Lebih baru Lebih lama