RESOLUSI 2018: DARI SUDUT ISTANA UNTUK INDONESIA


Mimo tercinta sang kucing yang tidak perlu merayakan tahun baru dengan tiupan trompet dari tempat tidur. Jika tiupan trompet itu memang masih terus juga tetap ada, maka biarkan tiupan trompet itu dari seekor tikus yang kesepian di gorong-gorong sebab kekasihnya sudah dahulu pulang kampung untuk merayakan tahun baru dengan segelas anggur merah dan perasaan yang menggebu-gebu tentang resolusi tahun 2018. Atau tiupan trompet biarkan keluar dari seekor ikan yang berenang di kali di antara para kali yang yang tersebar di Ibukota. Sebab selain kepura-puraan apa yang lebih pantas diperjuangkan selain kejujuran bahwa para ikan sudah cukup lama menderita akibat percumbuan dari aroma sungai yang memabukkan itu.

Kini para ikan yang berenang di antara para kali boleh mengambil nafas legah. Sebab para ikan sudah mulai dapat melihat betapa langit begitu cerah. Dan jatuh cinta di antara sesama ikan begitu romantisnya, sebab airnya sudah mulai memberikan kesempatan untuk saling pandang. Tentu, Mimo, tentu karena airnya yang sudah mulai bersih. Sedangkan para sampah tidak perlu lagi menjadi robot-robot pembunuh di dalam sungai. Tidak perlu lagi adanya romusa oleh jenis sampah tertentu. Hegomoni sampah mulai terpinggirkan.

Dan persoalan mengatasi parfum yang berasal dari sepanjang kali, barangkali inilah kerja resolusi negara di 2018.Barangkali mesti kompetisi mencari kontestan parfum terbaik dari para kali. Biar para kali menyadari bahwa yang mereka keluarkan selama ini sungguh tidak mengenakkan. Tertolak parfum itu dari pasar. Aromonya yang terlalu busuk membuat makhluk jenis lainnya. Sebab itulah para kali mestinya melakukan kontestan parfum, terbuka untuk umum, sehingga parfum yang dikeluarkan para kali, termasuk kali ciliwung mengeluarkan produk parfum terbaru yang diminati setidaknya 70 persen penghuni Ibukota. Tentu juga ini maksud saya berlaku untuk kaum tikus, kaummu Mimo, kaum burung. Khusus kaum kurung, saya mengatakan mungkin. Sebab prediksi untuk kaum burung hanya mereka yang masih terkurung dalam sangkar.
Nah, karena engkau tidak perlu merayakan tahun baru. Atau pura-pura tidak merayakan tahun baru. Dan tidak perlu pula ada seromonial pelepasan petasan ke langit yang udaranya mengalir dari timur ke barat Indonesia, atau dari barat ke timur Indonesia.

Aku berbagi denganmu, Mimo. Saat seekor semut merah berjalan di tepian latop ASUS i5-ku. Sedangkan aku duduk menghadap dan menghadang semut merah itu, aku ceritakan kepada Mimo. Aku ceritakan apa yang aku pikirkan tentang Indonesia kita. Kita, ya, engkau bagian dari Indonesia. Darahmu Indonesia, matamu Indonesia, hidungmu Indonesia, telingamu Indonesia. Meski kerjaanmu, maaf, lebih banyak tidur. Kau bagian dari Indonesia. Makanmu di Indonesia, tidurmu di Indonesia, bahkan mohon kata berakmu juga di Indonesia.

Sekarang masih jam 12.35 WIB. Sudah barang tentu lewat beberapa detik. Tinggal 11 jam 25 menit lagi sudah memasuki 2018. Ada beberapa detik yang sudah terlewatkan bukan. Apa dan bagaimana resolusimu 2018 Mimo. Aku sarankan aku juga membuat resolusi 2118. Hidup secara fisik hanya sedikit sekali yang 100 tahun. Hidup secara pikiran itu terkadang melampoi ribuan tahun. Setidaknya resolusimu melampoi seratus tahun.

Resolusiku untuk negara kita, Mimo, Sudut Istana. Sudut Istana, bukankah itu bukan sekedar makna dari sebuah tempat, Mimo. Itu juga boleh dikatakan semacam mata kamera untuk setiap sisi ruang. maksudku kau mungkin pernah menonton Snowden. Film yang diangkat dari kisah nyata seorang ilmuan muda jaman now yang membocorkan rahasia negara adikuasa. Sudut Istana juga berarti kita yang sedang berada di luar ruangan menatap ke dalam ruangan. Ruangan itu kita lihat dari berbagai sisi. Akhirnya kita menjadi tahu secara ditail tentang ruang itu.

Ruang itu adalah Indonesia. Sudut Istana itu adalah kita yang keluar sejenak untuk melihat Indonesia dari atas. Sehingga kita menjadi tahu ditail Indonesia, sampai pemenuhan kebutuhan Indonesia dari Timur sampai Barat. Dan saya tidak tahu apakah pembicaraan ini terlalu berat bagimu. Atau barangkali pembicaraan pembicaraan ini sangat sederhana bagimu. 2018 adalah tahun kita, begitu juga 2019, begitu juga tahun 2017 yang masih kita miliki 11 jam 13 menit ke depan. Timur dan barat dirancang dari Sudut Istana.

Bagaimana kalau kita berandai-andai bahwa sudut Istana itu adalah kita. Maksudnya ya kamu dan aku. Kamu yang suka berkelakar dengan ranting dan bayangan di dinding yang kamu kejar sepuas-puasnya berada di Sudut Istana. Aku yang suka menuliskan tentang kamu berada di Sudut Istana. Dari sudut Istana di tahun 2018. Aku melihat kota-kota dengan universitas-universitas yang dilengkapi dengan pustaka terbuka dan para ilmuan yang siap berbagi dengan siapa saja. Pada setiap taman ada pustaka, ada ilmuan, ada akses internet. Pada setiap tempat ibadah, ada pustaka, ada taman, ada akses internet. Pada setiap ruang terbuka ada taman, ada pustaka, ada internet. Maksud dari timur sampai ke barat. Selama ini di tengah-tengah Indonesia hal itu sudah mulai jauh membaik. Sekarang dimeratakan dari timur sampai ke Barat Indonesia. 

Mimo, saya salah satu yang selalu diingatkan oleh sejarah, Mimo. Kita hari ini belum apa-apanya di bandingkan kita di masa lalu. Masa lalu sudah menncapai titik kejayaan berulang kali. Belum apa-apanya jika dibandingkan dengan apa yang kita miliki hari ini. Tentu contoh terdekat itu adalah Spanyol. Sejarah mencatat nama dari Spanyol hari ini di masa lalu adalah Andalusia. Setiap sudut kotanya dipenuhi dengan pusat ilmu pengetahuan, ilmuan, taman.

ALIZAR TANJUNG
Gubuk Coffe Batang Kuranji, Padang




1 Komentar

Lebih baru Lebih lama