Sajak-sajak Alizar Tanjung
Kebiasaan Api
Membakar Api
pada Tubuh
Kebiasaan api membakar api pada tubuh,
ia hanguskan
asap yang semedi dalam tungku.
Masak abu, jurangjurang minyak sela kayu
dalam cinta yang rahasia.
Padang, 2010
Kepulangan
kabarkan jua kabar kepulanganku ke aroma
ladang; bau gardamunggu, ladang cabe, pucuk
lankisek, kacang buncis, terung pahit. Caraku
melepas kerinduan, menangkap pada sepetak
mata yang menyimpan anakanak naga dan
bau tanah.
Aku bermain dengan aroma masa kecilku di
lingkar batu, di semak belukar, di tanah ladang,
di bandar bawang anakanak cinayang sungai
garogok.
kibaskan ke angin yang datang dari gunung,
yang semedi dalam tulang dan daging. Aku,
akhirnya kan tetap pulang
jadi entah.
Padang, 2010
Rumput
Batu
Rumput mengakar
dalam batu, batu retak,
tubuh bersemak.
Tak mesti tumbuh dalam
tanah, tak mesti
tumbuh menuju cahaya.
Bisa saja, dalam
guagua curam jantung.
Yang
ada mesti mencair, yang cair tidak
selalu
mengalir.
Akar merambat
menembus batu, keluar batu,
tubuh berbunga.
Tak mesti tumbuh dalam
udara, tak mesti
tumbuh menuju langit.
Bisa jadi tumbuh
ke pusat bumi, dalam
Laharlahar panas
darah.
Ada
tempat di mana keras, tak mesti padat,
tak
mesti batu.
Padang, 2011
Stasiun,
2010 Masehi
riyadhotlu
solikhah
Lalu berjajar di
tepi jurang, “Rentangkan tangan,
pegang segala
angin,” katamu. Tanganmu ke utara
dan selatan.
Bisaku ke bumi dari rumput, ke langit
dari rambut yang
bersemak.
Lalu bersorak di
tebing jurang, “Rentangkan sayap,
pegang segala
ingin,” katamu. Tanganku ke timur
dan barat.
Bisamu ke bumi dari akar, ke langir
dari kabut yang
bersemak.
Padang, 2011
Tubuh
aku tubuh pasir
yang membatu dalam
semen dan
sekramen ke masa depan, terlindas
dalam tubuh masa
lalu, tubuh dalam batu.
(Kau tinggal di
bawah atap, bersembunyi dalam
gelap perut ikan
di natuna yang datang dari celah
batu karang).
Bebas datang. Bebas pergi.
Aku tak perlu
perapian dan kemenyam mengasap
tubuh, mengecup
segala ingin, menolak segala yang
tak ingin.
Segala yang tumbuh dalam rumput jadi
akar, tegak jadi
dinding, duduk jadi tanah.
(Pergimu ke masa
depan dalam sirip ikan, tajam
gigi hiu).
Padang, 2011