Padang Ekspres, 29 Mei 2011, Kebiasaan Api Membakar Api pada Tubuh

Sajak-sajak Alizar Tanjung




Kebiasaan Api Membakar Api
pada Tubuh

Kebiasaan api membakar api pada tubuh,
 ia hanguskan asap yang semedi dalam tungku.
Masak abu, jurangjurang minyak sela kayu
dalam cinta yang rahasia.   

Padang, 2010


Kepulangan

kabarkan jua kabar kepulanganku ke aroma
ladang; bau gardamunggu, ladang cabe, pucuk
lankisek, kacang buncis, terung pahit. Caraku
melepas kerinduan, menangkap pada sepetak
mata yang menyimpan anakanak naga dan
bau tanah.

Aku bermain dengan aroma masa kecilku di
lingkar batu, di semak belukar, di tanah ladang,
di bandar bawang anakanak cinayang sungai
garogok.

kibaskan ke angin yang datang dari gunung,
yang semedi dalam tulang dan daging. Aku,
akhirnya kan tetap pulang

jadi entah.

Padang, 2010


Rumput Batu

Rumput mengakar dalam batu, batu retak,
tubuh bersemak. Tak mesti tumbuh dalam
tanah, tak mesti tumbuh menuju cahaya.
Bisa saja, dalam guagua curam jantung.

Yang ada mesti mencair, yang cair tidak
selalu mengalir.

Akar merambat menembus batu, keluar batu,
tubuh berbunga. Tak mesti tumbuh dalam
udara, tak mesti tumbuh menuju langit.
Bisa jadi tumbuh ke pusat bumi, dalam
Laharlahar panas darah.

Ada tempat di mana keras, tak mesti padat,
tak mesti batu.

Padang, 2011



Stasiun, 2010 Masehi
            riyadhotlu solikhah

Lalu berjajar di tepi jurang, “Rentangkan tangan,
pegang segala angin,” katamu. Tanganmu ke utara
dan selatan. Bisaku ke bumi dari rumput, ke langit
dari rambut yang bersemak.

Lalu bersorak di tebing jurang, “Rentangkan sayap,
pegang segala ingin,” katamu. Tanganku ke timur
dan barat. Bisamu ke bumi dari akar, ke langir
dari kabut yang bersemak.

Padang, 2011

Tubuh
           
aku tubuh pasir yang membatu dalam
semen dan sekramen ke masa depan, terlindas
dalam tubuh masa lalu, tubuh dalam batu.

(Kau tinggal di bawah atap, bersembunyi dalam
gelap perut ikan di natuna yang datang dari celah
batu karang). Bebas datang. Bebas pergi.

Aku tak perlu perapian dan kemenyam mengasap
tubuh, mengecup segala ingin, menolak segala yang
tak ingin. Segala yang tumbuh dalam rumput jadi
akar, tegak jadi dinding, duduk jadi tanah.

(Pergimu ke masa depan dalam sirip ikan, tajam
gigi hiu).

Padang, 2011



Lebih baru Lebih lama