Suara Merdeka, 24 Juli 2011, Kiblat Satu

Sajak-sajak
Alizar Tanjung


KIBLAT SATU

                        :orhan pamuk

Allahu akbar ke utara, timur, selatan, barat
dari satu saf sayap dan lima baris daging.

Perempuan yang berkerudung rumput dalam
tubuh yang runut: kepala, wajah, tangan, kaki,

dua puluh jari, delapan mata, dan dua telinga
dalam doa yang tersesat.

Kepada imam yang mengangkat daging yang
menghadap Tuhan dengan doa tulang rusuk

dan rawan. Allahu akbar pada tubuh yang runut,
 dalam sesat dan serat zuhur.

“kita sudah zuhur belum dalam tubuh uzur?”
“Sudah.” “Belum.” “Sudah kemarin di atas

ranjang dan dalam pangkal pinang muda para
perempuan pembawa kopi, teh, kina, cengkeh,

pala, lada: tomat, bawang, kentang, cabe, lengkuas,
jahe, wartel, ubi dalam rumput yang berserat

ke akar darah dan hitam tanah.”

(Padang, 2011)


KIBLAT DUA
                       
:khahlil gibran

Salat adalah menghadap dinding dan baju yang tergantung di atas paku belakang pintu. Kita telah menggantungnya dalam seminggu aroma kamar, tumpukan piring, gelas kotor, sambal basi, pedas merica, dan aroma terasi.

––yang datang dari bukit dalam perut kuda liar, yang berjalan dalam lembah hiu purba, menginap dalam keanggunan sebaris ayat sebelum berangkat dengan kuda beban para peladang menuju tanah.––

Mengundang tuhan dalam baju dan tubuh yang merah api, membakar dalam murung matahari. Semutsemut telah lama berbaris membawa butir nasi ke lobang rumpun rumput, ke butir putih telur di bawah batu. Makan adalah lahir sebagai cerita baru dan melihat langit yang rapuh. Kita menjamu dengan air mata kuda. Sepucuk dosa dari Lebanon sajak Khahlil Gibran.

––yang terbang di ekor elang dan menukik ke dalam daging dan tulang. Makan dari sungai tempat ikanikan tergenang dalam darah. Seekor ular mati remuk.

Akhirnya menginap jua dalam dosa yang rumput pada saf utara, selatan, timur,  barat dan lima baris daging dalam lima rukun tulang.

(Padang, 2011)


KIBLAT TIGA

                        :salman rushdie

Sampailah, sampailah duka,
sampailah dupa. “tubuh yang
asap ke langit.”

Yang mati tersesat di hutan raya,
dalam perut harimau dan singa,
bercakar keluar tubuh.

Berkuburlah, berkuburlah lupa,
Berkuburlah rumput. “Kafani yang
Bertaring ke luar daging.”

Dalam namanama batu nisan,
yang dibunuh angin badai
pada ruas buhul batang rumput
dan julai daun yang kabut.

“Dalam perut singa betina,
meraung ke hutan malam.”

Bertanahlah, bertanahlah dosa,
Bertanahlah doa tulang,
dalam rahim sumpah dan tiga belas
rukun daging.

(Padang, 2011)



KIBLAT EMPAT
                       
                        :esha tegar putra

Kemudian kita bertemu dengan ruasruas tulang rusuk, yang bengkok ke dalam diluruskan daging; yang patah keluar dipapah tulang. Cacing telah tumbuh dalam daging yang bungkuk, berpinak dalam lambung yang lunak.

Coba bentangkan usus siapa yang panjang, melilit ke dalam ular tidur yang bersarang dalam batang air Kapalo Banda, pada kelokan binuang Koto Anau. Seseorang telah mematuk ulat atau anak ular di mata cangkul, seseorang dari tulang rusuk yang bengkok yang bersarang dalam peta.

Terbangunlah degup jantung ular dari bau busuk daging. Aduhai kerlip bintang daging timur dan rumpun jamur di ruas tulang rusuk, bawalah kiranya makanan cacing dari ladang daging utara, yang berkumpul di pangkal dua ruas umbi jahe.

Yang diberi makan dari ladang padi dan segiling cabe gunung, yang bertumbuh dari serat darah tomat dan terung virus, yang merangkak dan berjalan dari kerangka tulang dan amanat daging, tumbuhlah rambut yang panjang dalam tubuh yang lunak pada peta yang dieja, huruf simbol, angka, gambargambar durhaka.


Lebih baru Lebih lama