Sajak-sajak Alizar Tanjung
Sajak Alizar Tanjung
PUISI BUATAN BUAH TOMAT
aku
buat sebuah puisi dari buah tomat. aku kupas kulit
tomat
itu dengan mata pisau paling tajam, buat meyakinkanku
bahwa
itu mengurangi sakit. aku iris daging tomat
yang
kemerahan, melintang dari ujung ke tampuk yang
memberi
hidup, bijinya aku congkel dengan ujung
mata
pisau, satu persatu aku tampung dalam tempurung
kelapa
tua yang telah diisi hati abu tungku.
kulit
tomat aku jadikan judul puisi, empat kata kurasa cukup.
daging
tomat aku jadikan isi puisi, terdiri dari dua bait,
bait
satu punggung daging tomat, bait dua perut daging tomat.
biji
tomat aku keringkan dalam abu tungku, aku semai,
aku
tumbuhkan di belakang rumah, di bawah lindungan atap.
biji
itu khusus untukmu, su.
(2013)
Sajak Alizar Tanjung
BATU DAN SUNGAI
su,
aku batu, keras luar dalam, berlumut di atasnya,
tinggal
di daratan tinggi. aku kira aku si pemilik gunung,
bebas
bertengkar dengan lumut, terlepas dari kedalaman
air
sungai, sebab di sini sungai begitu dangkal.
pagi,
siang, malam, bertemu harum lobak orang karangsadah,
aroma
bawang perai orang rumah suluak, bau tomat busuk
yang
tidak laku terjual.
su,
kau sungai yang mengalir di air yang dalam, menggenang
dan
mengalir tenang. pada kedalamanmu gerak air,
rahasia
yang tidak dapat dibaca isyarat kataku, permukaanmu
sungai
dareh yang menikung dan melengkung serupa ular jinak
ke
abai siat.
kau
bertapa dengan daratan rendah. pagi, siang, malam,
bertemu
harum kelapa sawit, aroma getah karet, bau dasar
sungai
yang menghanyutkan cintaku. tentu tak bertemu
batu
daratan tinggi dan sungai daratan rendah, sebab itu, su,
aku
bawa batuku ke sungaimu, aku yang mempertemukannya.
(2013)
Sajak Alizar Tanjung
TEMPURUNG TINGGAL SEBELAH
bagai
katak dalam tempurung. bagaimana kalau tempurung
tinggal
sebelah? katak bebas keluar tempurung. sebelah
lagi
telah masuk ke api di tungku, jadi bara mematangkan nasi,
jadi
abu mematangankan riwayat kepulangan, tapi tidak
pernah
benar-benar pulang, sebab tidak pernah lagi dia jadi
tempurung.
bagaimana
dengan katak keluar tempurung? di luar tempurung
katak
melompat ke air dalam, dia kira air ini dangkal, rupanya
lubuk
tidak bertepi di karangsadah ini, ada lubuk sebesar biji sawi,
ada
lubuk sebesar mata kentang, sama-sama tidak tampaknya
keduanya.
tinggal
tempurung yang sebelah lagi, menampung sia-sia,
menelungkup
percuma saja, pilihannya masuk ke ruang tungku
biar
sempurna jadi api, menjelma jadi bara mematangkan
sambal,
biar sempurna hidangan di meja makan. di luar
katak
terkurung, seperti kata pitatah orang, terkurung hendak di luar,
coba
benarlah.
(2013)
Sajak Alizar Tanjung
ANGIN YANG DITAMPAR DAUN PIPINYA
kau
angin yang aku tampar pipimu, tak memerah,
tak
berjejak, tak sakit padamu. tamparanku lepas
ke
ruang tak berbentuk. kau tertawakan aku, kau
kata
aku, "daun yang tak dapat pulang ke tampuk."
(2013)
*Alizar Tanjung,
sedang menyelesaikan program S2 di IAIN Imam Bonjol Padang. Karyanya dipublikasikan
di koran lokal dan nasional. No. Rekening
atas nama Alizar, Bank Mandiri, Cabang Padang Sudirman, No rekenening :111-00-0561246-6