KOMPAS, 15 JULI 2012

Sajak Alizar Tanjung
Gulai Jantung

dirimu jantung pisang, diriku seongok danging yang beruas dan
berpilin ujung ke ujung, ditumbuhkan darah jantungmu dan
jatungku. aku menyaksikan jantungku kumpulan darah sedangkan
jantungmu kumpulan warna.

jantungmu dari tebasan parang, ke pangkal tubuhmu, tentu saja
luka itu adalah busuk, tumbuh itu adalah pucuk, sebeb itu kau biak
dari dua tubuh, satu dari jantung batang, satu dari urat
pangkal.

dalam kelopak bidukmu yang karam ke dalam daging jantung,
dirimu menyimpan anak-anak udang yang bengkok, bercangkang
lunak, hidangan makan malam, menikmatimu di lidah menikmati
bibir. dalam cerup jantungku yang berbibuk bungkuk,
akan aku simpan jantung yang lain.

pada bidang meja yang sama, sendok dan garpu tertelungkup,
gelas kristal kosong, serbet melipat ujung ke ujung di kotak plastik,
dirimu menyelami santan menyelami rasa lidahku, menyelami
kenikmatan keluar dubur. diriku menikmati keterasingan makan malam.

sebab itu kita berbeda

2011
Sajak Alizar Tanjung 
Tangga Menuju Ular

di kayu kendur aku turun dari tangga cahaya
paling atas, meneruni lereng kerikil terjal perut
ular betina. katanya di bawah jembatan sana,
di penurunan ketujuh di rumpun pisang, seekor
ular siap menghisap selembar kain panjang ukiran
batik, melingkar di balik lapisan batu.

konon katanya ular yang berdiam ratusan tahun,
menghisap segala yang lewat dalam tubuh,
dan aku benar-benar sampai di pangkal cahaya.
rumpun batang pisang tua, bunga rumput teki,
jalar akar bunga bakung, hidup di parit batu.

entah pada penurunan keberapa lepas
dari cahaya, aku sampai di sarang ular betina,
lapisan-lapisan batu, akar-akar pakis rasan, aku
terlahir baru di rahang ular betina – batu-batu
melengkung dari tangan tetua. ular betina
menghisap daun-daun pisang muda, ular betina
menghisap puting jantung pisang.

Padang, 2011


 Sajak Alizar Tanjung
Ruang Rumah Masa Lalu

kapan terakhir kali kita bertengkar?

aku menemukanmu sebagai batang kayu mati, menjalar
sebagai dinding, lantai, jendela-jendela tertutup, lae.
tubuhmu kumpulan warna kusam rayap di atap, bunyi siul
temali jemuran, denting seng siang hari, lubang atap, sebab itu
kutemukan dirimu adalah cahaya jahat yang menyediakan
lubang hujan. kamu sediakan tubuh bagi angin, masuk dari
lubang dinding, aku sadari ini sudah sangat lama.

kita sudah lama tak bertemu, terakhir kali kita ketemu, kau
menjelma akar kayu, membelit masa lalu, akar serabutmu
menjulai ke masa depan, lalu masa depan telah masa lalu.
aku foto-foto di dinding, warna-warna kabur, kaca-kaca
etalase, akarmu membelit akar tubuhku. lalu hujan adalah
tamu kenangan yang menginap minum kopu, tandas candu
itu.

kau kemudian pecahkan kayu dalam tungku, yang aku
temukan abu tungku, tiga buah batu, bulu-bulu kucing yang
tidur semalam, kencingnya yang amis, jaring-jaring lawah
tua, nyamuk-nyamuk yang terperangkap, sisa-sisa
penggorengan di kawah kuali. aku masa lalu.

2011

Sajak Alizar Tanjung
Kehilangan Tebu

Kas
Kita berbahagia di kilangan tebu, menampung air di
paraku, mendorong kayu bersama sapi gemuk, seperti
mengelilingi lingkaran bumi yang kecil, kita tertawa,
membiarkan bibir kita beruap air tebu, sungt-sungut putih
tumbuh di lengkung bibir atas kita, sampai siang tengah
hari kita berjalan sepanjang putaran sepanjang bundaran.

Membesarkan masa lalu membesarkan rumpun tebu dari
potongan-potongan batang tua, menanamnya di tanah,
bertunas dan menjulang ke langit, beruas-ruas buhul, ada
yang begitu ruang di krisik daun. Air-air temu mengangkut
ke kuali, mematangkan gula, kita membuat acuan betung
dan lingkaran daun tebu. Meneteskan gula hangat.

Acuan-acuan kecil itu acuan gula-gula tebu mungil di hari
bermain senja hari, menikmati kelereng, gambar, kajai,
tanek-tanek, mobil-mobil kayu, gatal-gatal miang tebu.
melewati jalan-jalan setapak ladang tebu itu kita membau
aroma sepelah-sepelah tebu, lumpur-lumpur sehabis hujan.

2011



ALIZAR TANJUNG lahir di Karang Sadah, Solok, Sumatera Barat,
10 April 1987. Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam di IAIN
Imam Bonjol Padang, Sumatera Barat.


Lebih baru Lebih lama