KOMPAS, MINGGU, 16 DESEMBER 2012

Sajak Alizar Tanjung
Rokok, Asap, Api

rokok;
asap, kau si senang,
lahir dari tubuhku,
dari tiada jadi ada,
bebas mengembara ke udara,
yang kau inginkan,
aku si celaka,
perlahan-lahan membakar diri sendiri,
lenyap jadi abu.

asap;
rokok, kau si senang,
dipakai dan digunakan penghilang suntuk,
pada kepalamu cahaya,
pada pangkalmu ciuman.
aku si sakit yang tak diterima,
dikibaskan dari abu
dan pandangan mengganggu,
terbang ke udara,
lenyap begitu saja.

api:
asap, kau si beruntung,
tak perlu sampai ke pangkal bibir,
telah bebas jadi angin,
seperti rokok yang setia,
pada tubuhnya dia menikmati tubuhku,
aku si malang dipaksa hidup
tidak pada tubuh sendiri,
panasku tak sampai,
dinginku tak pucat,
belum sampai ke bibir dimatikan dalam asbak.

2012

 Sajak Alizar Tanjung
Api Pulang ke Suluh

api meminta pulang ke suluh,
suluh meminta pulang ke bilah,
sabuk terbuang dari buluh,
buluh terbuang dari bahasa kata.

api angin terang jalan pulang,
seterang alif sampai tubuh ya,
tetapi titik ya segelap arang sabuk,
jalan melintang di tubuh alif,
sabuk jadi abu sepanjang pulang.

2012

 Sajak Alizar Tanjung
Pitatah dan Pemiliknya

si pemilik pitatah
telah puas belajar pitatah,
“si tuli peletus senapan”
letus itu tak perlu membuatnya menutup telinga,
“si buta peniup salung api”
besar api di tungku tak perlu masuk ke matanya,
“si lumpuh penghalau ayam”
duduk di rumah berselonjor kaki.

tapi si pemilik pitatah telah jadi pemilik murung
di jantung yang sesak,
“si tuli telah jadi pelomba lari”
hilang peletus senapan,
“si buta jadi penerka bentuk warna”
siapa penghidup api di tungku,
“anak ayam sudah datang”
hilang sudah pekerjaan si lumpuh.

pemilik pitatah beralih profesi
pemilik sunyi, bahasa kata tidak pulang ke lidah,
seperti perantau yang merantau seputar di luar
lingkaran dirinya, di sana-sana saja.

2012

 Sajak Alizar Tanjung
Lima Kuku Si Pincang

di dalam kamar itu kau menonjok dengan kaki pincang,
lima kuku kakimu menancap daging, menanam gigil,
lima kuku kakimu satu lagi tidak menentu,
sepuluh kuku tanganmu di angkuh yang tak mau tahu.

tetapi sebelah matamu mengatakan lima kuku itu
melompat keluar jendela yang kacanya pecah
tepat di depanmu,
sebelahnya lagi hanya mengatakan seperti melihat,
tentu kau tidak ingin berpegang pada si ragu dungu.

Mencangkung dengan kaki pincang tak serta merta
membuatmu menjadi si sakit yang dilupakan,
ada sakit yang tidak tertanggungkan di sebelah kakimu yang lain
dan di bibir jendela yang pecah, pada kuku mencekam daging
itu juga.

(Karangsadah 2012)

 Sajak Alizar Tanjung
Benang Celana Robek dan Dengkul

benang celana robek:
terlepas dari dengkul itu tidak membuat aku
terlepas dari daging sakit,
pucatnya dingin,
aku si tubuh yang ditanam dalam benang sajak,
lahir  dan gugur dalam sakit sajak.

dengkul:
selain tubuh ini apa yang aku miliki
selain pangkal rambut yang sakit,
aku si daging yang dilecuti tubuhmu,
lahir dan gugur dalam ngilu sajak.

(Karangsadah 2012)


Alizar Tanjung lahir di Karang Sadah, Solok, Sumatera Barat,
10 April 1987. Saat ini ia tercatat sebagai Mahasiswa S2
Pendidikan Islam di Pascarsarjana IAIN Imam Bonjol Padang, Sumatera Barat.


Lebih baru Lebih lama