PUISI KOMPAS, MINGGU 15 September 2013

sajak Alizar Tanjung
SATU BELAHAN BULUH BUAT SATU BATANG TOMAT

buluh ini aku ambil dari tepian sungai yang mengalir
di tanahkuning, tepat matahari di tengah ubun, tepat murai
batu berkicau berkali-kali, aku ambil buluh yang beruyung
biar kuat dia diterpa angin, panas, hujan karangsadah.

buluh ini aku tebang dengan parang yang paling tajam,
parang yang telah meyakinkan matanya dengan luka
yang menganga di perut. ketajaman mata parang
membutuhkan sakit batu asahan yang tak pernah usai.

aku buat dia sepanjang 2 meter 10 sentimeter. aku potong
ujung yang merupakan kepala, aku potong pangkal
yang merupakan kaki, tak apa tak berujung tak apa
tak berpangkal, sebab dia akan aku tanam sendiri.

buluh ini aku tancapkan di satu batang tomat, tomat jelang
berbunga pertama, menampung angin, menampung panas,
menampung hujan, menampung kegelisahan harapan
orang yang menanam, menampung kehancuran dirinya.

perlahan dan pasti kulitnya mengkerut.

buah tomat berbuah ranum,.ditawar seharga 4000 rupiah
sebatang, menunggu 4 bulan, menunggu air kerongkongan
penanam yang tak kering di karangsadah ini.

(2013)

sajak Alizar Tanjung 
LADO SUNGAI PUA

berkunjung ke sungai pua, mengikuti garis kerikil, pasir, runduk
ujung daun yang melengkung ke batang tubuh, kuat jalaran
akar yang mengikat ke pangkal batang, serbuk benang sari
yang mengikat diri ke kepala putik, aku temukan lado orang
sungai pua.

lado orang sungai pua, ditanam di sebidang tanah di depan rumah.
diselingi bawang perai, seledri, lobak sawi. pupuknya tahi ayam.
racunnya air liur pagi hari. hujannya kumpulan embun merapi.
di satu kaki merapi, di satu ladang, di satu batang, di satu buah
lado merah sungai pua, aku temukan diriku, melengkung

memeluk jantung. diriku akar yang menjalar dalam biji lado
sungai pua, bunga yang mengendap di pangkal daun yang
mencintai batang, buah yang matang di meja makan dengan
tambahan irisan bawang perai, taburan garam, seledri sungai pua,
lezatnya.

(2013)
*lado (cabai)
** Sungai Pua (nama asli daerah Sungai Puar)

 sajak Alizar Tanjung
KAYU API DI GARIS TANGAN

Bah, aku si penghuni rumah:
di halaman rumah ini kau carah kayu, kau pasang mata baji,
marete itu memukul baji, pukulan pertama pukulan lunak
selunak jalan pikiranmu, pukulan kedua pukulan keras,
sekeras garis tanganmu, pukulan berikutnya pukulan entah,
entah pada pukulan berapa kayu ini keping. kayu keping
lepas sakit mata baji,  kau susun kepingan itu serupa
menyusun kepingan dirimu yang entah ribu detik ke berapa
usiamu menjadi daging kayu ini.

tidak apa, aku masih penghuni rumah ini:
kayu ini kayu rimba, kayu bernama kayu paniang
hutan tanahkuning, lunak ke dalam keras keluar, lunaknya
telah kau uji di mata baji, kerasnya telah kau palu di kepala
marete, sempurna kayu ini kau keping sempurna garis
tanganmu memecah kayu, di hari pakan kayu api kau jual,
kau tukar dengan beras solok, kelapa pariaman, ikan padang,
kau tersenyum, kau masak nasi, kau hidangkan padaku,
makanlah.

(karangsadah, 2013)



ALIZAR TANJUNG lahir di Karang Sadah, Solok, Sumatera Barat,
10 April 1987. Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam di IAIN
Imam Bonjol Padang, Sumatera Barat.


PUISI KOMPAS, MINGGU, 2 MARET 2014
Lebih baru Lebih lama