Mantagi
Farhan Lungka
Bunga kambang
indak jadi. Iyo padiah kok sarupo iko. Raso hati lai mancaliak matohari. Galok
sajo nan lai. (Bunga mekar tak jadi. Benar-benar
pedih kalau begini. Hanya angan-angan melihat matahari. Gelap yang hanya ada).
Nasib ya nasib. Beginilah kalau bunga mekar tak jadi. Ingin
hati mekar, melihat dunia luas. Namun belum jadi mekar, bunga sudah langsung
layu. Kalau bunga sudah layu, alamat cita-cita melihat matahari tidak jadi
sampai. Itu artinya kehidupan bunga sudah selesai. Alamat bunga menjadi tak
berguna, tak ada gunanya hidup, tak pula ada gunanya mati.
Kalau menyebut kata bunga kita langsung teringat dengan
perempuan. “Duhai lihat cantiknya bunga desa itu.” Itu artinya lihat betapa
cantiknya perempuan desa. Bunga ini identik dengan peremuan yang masih utuh
keperawanannya. Mereka yang dikatakan bunga adalah mereka yang benar-benar
terjaga keperawanannya.
Persoalannya sekarang, persoalan keperawanan adalah soal
rumit. Sulit untuk menentukan seseorang masih perawan atau sudah los remnya.
Sekarang keperawanan bisa los di mana-mana. Ada yang los keperawanan di
semak-semak. Hal ini banyak terjadi di tempat-tempat hiburan yang jauh dari
kota. Biasanya di lubuk-lubuk. Lubuk apa saja itu pembaca dapat menerka-nerkanya.
Los keparawanan terjadi dengan sangat gampangnya di tempat
hiburan, lokasi alam. Modusnya pergi melihat keindahan alam. Sampai di lokasi
keindahan alam lain pula yang dilihat. Alam yang tidak patut dilihat yang dia
lihat.
Los keparawanan juga terjadi di kos-kos. Orang menyebutnya
ayam kampus. Saya menyebutnya bunga kembang tak jadi di kampus. Kalau dilihat
sepintas lalu, tampak sangat alim. Kalau dilihat lebih jauh ke dalam, kealiman
berubah menjadi kealiman versi anak muda. Kos jam malam, kosnya berlaku di jam
malam. Sulit dikontrol. Alasannya mengerjakan tugas.
Los keperawan juga terjadi di mobil-mobil bergoyang.
Sekarang mobil terkadang goyang dangdut sendiri. Terkadang ingin bergoyang pula
kita melihatnya. Mobil joget kiri dan kanan. Dalamnya berisi bunga kembang tak
jadi. Bunganya sudah diambil orang lalu.
Sedikit keren dan berkelas, los keparawanan terjadi di
hotel-hotel kelas melati dan kelas elit. Kelas melati masih mudah dilacak.
Kelas elit sulit dilacak. Izin masuknya susah. Alasan privasi. Jadi memang
semakin membingungkan.
Bungo kambang indak jadi. Bagaimana jadinya kumbang kalau
bunga tidak jadi mekar? Kumbang menghisap madu dari bunga yang mekar. Sekarang
bunga itu benar yang tidak mekar, tentu kumbang kehilangan madu. Malang nian
nasib engkau wahai kumbang.
Bunga mekar tak jadi semakin membludak di daerah-daerah.
Sumbar 2012 lalu tercatat menduduki posisi nomor 4 sebagai pemegang piala
kejuaraan bunga mekar tak jadi. Payakumbuh, Pasaman, Solok, tercatat sebagai
pemegang rekok bunga mekar tak jadi. Bunga mekar tak jadi ini banyak terjadi di
kalangan mahasiswa. Kalau tertangkap langsung dinikahkan. Makin senang bunga
mekar tak jadi. Tak ada hukuman yang berarti. Sebab mereka mendapatkan pucuk
dicinta wulan pun tiba.
Semakin sedikit kesempatan kumbang mendapatkan nektar dari
bunga yang mekar. Oh kasihannya engkau wahai kumbang.[]