Meski masa lalu sudah memisahkan aku dan
kau, cinta tetap saja tumbuh. Aku ingin memelukmu, menumpahkan segala rindu,
memberikan belaian jemariku di rambutmu yang panjang, memberikan satu kecupan
hangat di keningmu. Menandakan aku masih ada, seperti yang dahulu juga. Segala
sesuatu padaku masih seperti dahulu ketika engkau memilih untuk meninggalkanku
untuk seseorang laki-laki lain.
Itu kesalahanku juga. Aku tidak tanggap
dalam mengambil keputusan. Dan kubiarkan kau digandeng orang lain. Setelah itu
hatiku digandeng oleh kekosongan. Mungkin kau menganggap ini lelucon biasa,
kata-kata lebay yang tidak ada gunanya. Tetapi cinta di hatiku tetap kujaga
dengan rapat.
Apakah kau sedang mengenangku setelah
melewati komunikasi yang ganjil untuk rindu yang saling tak tersampaikan.
Kata-kataku kelu, karena masa lalu.
Kata-katamu kelu karena ada seseorang yang bersamamu.
Aku merindukan berjalan di tengah taman
Kota Purwokerto. Tiduran melihat ribuan bintang di langit. Sementara kau duduk
di sampingku. Aku tidur bersimanja di dekatmu. Betapa aku bahagianya datang
jauh-jauh dari Padang untuk bertemu cinta. Di taman kota kita bercerita tentang
bagaimana kota ini menawan untuk mereka orang-orang yang ingin mencari
ketenangan di malam Minggu.
Aku memerhatikan pipimu yang tambun,
matamu yang sipit, sorot matamu yang tajam yang di dalamnya ada kasih. Aku katakana
cintaku kepadamu lewat senyumku yang terus mengambang sepanjang malam. Hujan
rinai kemudian turun secara perlahan. Dan kita tetap menikmati taman kota.
Kau kemudian bertanya sepanjang jalan
pulang kepadaku dengan amat manjanya. Kita berlama-lama di pintu gerbang
menjelang kosanmu. “Apa yang ingin kamu lakukan terhadapku yang belum jadi kamu
lakukan.”
“Palingan aku berani menggenggam
tanganmu. Tidak lebih dari itu,” ujarku dengan polosnya. Saat itulah aku ingin
memelukmu dari belakang, memberikan pelukan hangat, kecupan yang menyejukkan,
dan semua itu tidak aku lakukan karena, aku mencintaimu.
ALIZAR TANJUNG I 05/05/15