HARI YANG BARU DAN HUJAN RINAI YANG MENYENANGKAN

Hujan memang tiada berhenti selama kedatanganku dari malam tadi. Bahkan pagi ini pun hujan masih saja turun dalam bentuk rinai. Aku berkali-kali menatap keluar jendela. Semalam begitu dingin. Dan dirimu menyiapkan penginapan di tempat temanmu yang di sebelahnya ada rumah germo. Setiap aku menatap keluar jendela, terkadang ikut nongkrong di kontrakan temanmu, yang aku lihat sawah yang membentang seperti membentuk undakan. Kota hijau ini memiliki pesona yang tidak engkau ceritakan.

Saat aku melihat hujan, aku membayangkan perjalanan yang usai aku tempuh untuk sampai ke kotamu. Ada gelagat bahagia yang tidak bisa aku utarakan lewat bahasa. Kemudian dirimu datang mengetuk pintu. Tersenyum sumringah, menanya aku sudah mandi atau belum. Jujur saja aku katakana kepadamu, aku belum mandi, ketekku masih bau. Itu kesempatanku untuk menggodamu.

“Hujan masih saja turun.”

“Aku sudah mempersiapkan mantel untuk kita,” katamu. Kemudian persepsi tentang hujan berubah menjadi cerita yang sebentar lagi menjadi menyenangkan. Bukankah hujan bukanlah perintang untuk hari yang menyenangkan hari ini. Hujan bisa saja dimaafkan, tetapi petualangan cinta yang tidak jadi sulit untuk dimaafkan. Aku meyakinkanmu dari sudut mataku apakah benar ini tidak apa-apa. Kau menjawab dengan keyakinan penuh dengan memberikan kunci motor ke tanganku.

Kau memakai celana tempo hari yang kau kirimkan dalam foto. Warna putih dengan baju paduan putih yang ada kotak-kotak cokelatnya di lengan. Benar-benar dirimu tampak cantik sekali. Kemudian kita menelusuri kota. Aku tidak mengenal nama-nama kecil dari kotamu, tetapi yang aku tahu begitu banyak rumah makan padang yang bertuliskan rumah makan padang. Di kotaku sendiri Padang tidak aku temukan rumah makan bertuliskan rumah makan padang. Hanya ada rumah makan sederhana, rumah makan ajo, rumah makan patai, rumah makan bunda, rumah makan mande.

“Kita mau ke mana?”

“Nantik Mas juga bakalan tahu.”

Sebenarnya ke mana pun kita pergi hari ini, aku akan tetap bahagia. Keberadaanmu di sisimu sudah membuat aku begitu bahagia. Apakah kau merasakan detak jantungku yang sekarang berubah menjadi tenang? Ada sensasi bahagia di dadaku.

“Aku sungguh merindukan Mas? Baru sekarang kita bertemu setelah sekian lama kita saling mencintai. Mas jahat,” katamu dari belakangku, menatap lurus ke depan, sambil sesekali menatap pipiku. Aku menatap wajahmu dari spion. Kecepatan motor kita hanya 20 km/ jam paling cepat sepanjang perjalanan. Bukan Karena faktor jalan yang licin, melainkan karena kita sama-sama sepakat untuk menikmati perjalanan, meski tidak pernah kita utarakan aturan yang sama-sama kita sepakati itu.

“Kerinduanku seperti halnya kerinduanmu. Aku benar-benar menunggu saat-saat yang dinantikan. Aku benar-benar merindukanmu.  Aku bahagia.” Kau menepuk-nepuk manja bahuku. Harum parfummu menyeruak ke hidungku. Sepanjang jalan aku amati rumah makan padang. Perutku sudah mulai keroncongan.

“Sebentar lagi kita sampai,” ujarmu. Kemudian motor kita membelok ke salah satu rumah makan bertuliskan rumah makan padang. Menu dihidangkan.

“Kenapa ayamnya pakai kecap?” kataku merasa aneh dengan masakan rumah padang. Rumah makan padang terkenal dengan pedasnya, tidak ada sejarah pakai kecap kalau di Padang. Aku tersenyum sendiri. Kita duduk lesehan, saling pandang berhadap-hadapan yang dibatasi meja. Kau mengatakan rumah makan padang kalau di sini memang begini. Kemudian tema rumah makan padang menjadi bahan cerita kita untuk saling tertawa meski menertawakan hal yang tidak penting.

Hujan rinai terus turun. Kabut menyelimuti kota. Dan rasa dingin masuk ke dalam tulang. Kota ini memang seperti yang kamu gambarkan, dingin. Sama halnya dengan kotaku. Kita memutuskan berlama-lama untuk makan, meski itu sebenarnya bisa dihabiskan dalam setengah jam paling lama. Tetapi entah kenapa kita bisa menghabiskan waktu selama berjam-jam berbagi cerita. Bernostalgia tentang pertemuan, bersedih tentang perpisahan yang akan terjadi setelah aku pulang kembali ke Padang. Dan hari itu kita saling membagi cinta di dalam kota yang di penuhi ribuan rinai dank abut tipis yang turun sepanjang kota.

           
ALIZAR TANJUNG I 18/05/15
Lebih baru Lebih lama