Adakah yang lebih lama berlangsung
seperti hujan selama pertemuan yang tidak kita inginkan cepat usai. Hari ini
hujan lagi, Sayang. Terkadang lebat dan terkenang rinau. Lebih sering hujan
rinai sepanjang pagi menjelang siang, sepanjang sore menjelang malam. Aku
sedang memandang hamparan sawah, orang-orang penghalau serangga pemakan padi
bergelantung di tengah-tengah sawah. Dan pikiranku jauh melayang kepadangmu.
Aku masih di sini, di penginapan
kawanmu. Mereka sedang asyik bermain gitar. Sedangkan aku sedang asyik
tersenyum dengan kenangan-kenangan yang terus berdatangan ke kepalaku selama
beberapa hari ini. Anda waktu bisa aku putar, aku waktu berulang-ulang kembali
ke titik awal kedatanganku hingga tidak ada yang namanya perpisahan. Hanya ada
pertemuan. Aku tidak menghendaki perpisahan. Sudah cukup lama aku mengangankan
kebersamaan kita. Kenapa harus ada perpisahan untuk mengatur jarak hingga kita
hanya bisa sambil melemparkan kangen.
Ingin aku dekap kau erat-erat ke
dadaku. Tak aku biarkan lepas satu detik pun. Dan semua itu aku kepada hujan,
kepada rinai, dari hatiku. Rinai menyapu wajahku dan rambutku. Teman-temanmu
masih bermain gitar, sesekali mereka menoleh kepadaku. Menyapa sekedar
menghilangkan kesunyian yang ada dalam kepalaku.
“Besok sudah kembali ke Padang, Mas?”
Salah satu mereka menyapaku. Aku berikan senyum. Besok, ya, besok harus kembali
ke Padang, meninggalkan kota bersamamu, meninggalkan kepingan kenangan
bersamamu. Satu keping kenangan harus aku bawa. Seperti hujan, seperti hujan
yang menghanyutkan dingin ke mana pun dia pergi. Ada yang terasa kosong di
dadaku. Ada yang terasa sunyi dalam ingatanku. Ada yang teras hampa dalam
pikiranku. Semuanya tentang kamu. Begitu benar cinta membuat aku benar-benar
berada dalam kesunyian.
Kita mungkin memang tidak seakur para
penganut cinta lain, terkadang di dalam telpon pun kita saling berdebat tentang
urusan masing-masing. Meski sebenarnya kita lebih banyak sepakat dalam hal
kehidupan masa depan, dan tidak setuju dalam aliran masing-masing meski dalam
agama yang satu. Dan karena begitulah kita terus saling berbagi, saling
mengingatkan, saling menceritakan pengalaman masing-masing. Pengalaman tentang
pacarmu, tentang orang yang sangat mencintaimu, dan menyatakan cintanya berkali-kali
meski kau terus menolak. Aku akui aku cemburu dengan segala ceritamu itu. Aku
simpan diam-diam kecemburuan dan mengorek lebih dalam tentang apa yang engkau
rahasiakan. Semakin besar cemburuku semakin dalam cintaku kepadamu. Semakin
sering kau menceritakan tentang kekasih-kekasih masa lalumu, semakin aku merasa
memiliki dirimu.
Dan sekarang hujan seperti tidak mau
berhenti, sebagaimana pikiranku yang terus mendekatkan pengalaman-pengalaman
bersamamu. Semakin lama semakin tampak serupa film layar lebar besar dalam
kepalaku. Film itu semuanya tentang kamu. Besok aku akan kembali, besok aku
akan membawa setiap keping kenangan tentang kita. Hanya tentang kita.
ALIZAR TANJUNG I 20/05/15
