Malam semakin larut saja, angin semakin
dingin
saja, dan kita masih menelusuri jalan kota dengan berjalan. Kau berjalan
bersisian denganku, cukup rapat. Tangan kita bersentuhan, hati kita
bersentuhan, kemudian aku pura-pura memandang bolah lampu, mengatakan kepadamu,
“betapa cantiknya bola lampu itu.” Kau memukulku, kau merasa dikerjai. Kita
saling tertawa. Kita terus melanjutkan perjalanan, kemudian kau menanyakan
pertanyaan yang membuat dadaku tersentak.
“Apa sekarang Mas sudah punya pacara?”
ujarmu. Sulit bagiku menjawab pertanyanmu. Bagaimana aku harus menjawabnya.
Dahulu kita berpisah, setelah kau tidak kuat menanggungkan rindu. Nyatanya
sekarang kita bertemu lagi dalam pertemuan yang tidak disangka-sangka. Mengapa
kau dahulu lebih memilih pacar lamamu. Itu membuat hatiku sakit, berhari-hari
selera makanku menurun, selera humorku menurun, tangisku pecah saat aku
merenungkan nasibku sendiri tanpa keberadaanmu, dan sekarang kita bertemu lagi.
“Katakan saja kalau Mas memang sudah
punya pacar, tidak apa-apa,” katamu. Kamu memang pandai menenangkan hatiku. Aku
menjadi gagap harus menjawab apa. Semenjak kita memutuskan berpisah, kau
kembali ke pacar lamamu dan aku harus menahan rindu berbulan-bulan. Kemudian
perempuan itu datang, perempuan yang bukan kamu, menyapaku. Dialah orang
pasaman yang aku maksud, suaranya halus, sorot matanya lembut, wajahnya
lonjong, badannya kurus dan tidak terlalu tinggi, tidak terlalu pendek,
hidungnya sedikit mancung, dagunya runcing, giginya rapi, tutur katanya sopan.
Dialah yang mengalihkan rasa rindu yang
mendera terhadapmu. Rinduku membuatku mengurus dari hari ke hari, kemudian
perempuan itu datang dengan tersenyum. Senyumannya perlahan-lahan mengalihkan
isi hatiku kepadamu. Aku hari demi hari mulai jatuh cinta kembali. Sekarang
cintaku orang satu kampus, masih di kotaku. Cintaku mulai hangat, segala
perhatianku mulai terarahkan ke dia. Aku mempercayai dia sebagai cintai yang
terakhir. Aku tidak ingin lagi kecewa dengan persoalan cinta. Sebab itu aku
memilih cinta yang baru, meninggalkan cinta lama yang sudah meninggalkanku.
Dan sekarang kau tiba-tiba bertanya
soal apakah aku punya pacar. Aku tidak panda berbohong. “Ya, aku sudah
mempunyai pacar.” Kemudian dunia terasa gelap di kepalaku. Aku tidak pandai
berbohong. Aku lihar raut wajahmu yang langsung murung, aku mengusahakan sok
tegar di hadapanku, padahal hatimu menangis dan merintis. Dan keceriaanku
menjadi hilang. Aku tidak bisa meninggalkan cinta yang baru, karena aku tahu
rasanya sakitnya ditinggalkan. Maafkan aku, Sayang.
ALIZAR TANJUNG I 29/05/15