Kini waktu memang sudah lama berlalu.
Dan tulisan ini memang sengaja dibuat untuk memasuki masa sekarang dan masa
lalu. Masa sekarang yang aku bawa dari masa lalu kita adalah sal hitam putih
pemberianmu yang kamu kalungkan di hari perpisahan kita. Kau sendiri yang
memasangkan sal hitam putih itu. Sepanjang perjalanan sampai di Gambir, sal
hitam putih masih setia menggantung di leherku, mengingatkan setiap inci momen
perpisahan kita yang diiringi air mata. Aku peluk sal hitam putih, aku kecup,
aku biarkan dia terus mendekap di diriku. Pelukan ini, kecupan ini, mewakili
kecupanku sesungguhnya untukmu.
Saat aku mengetik tulisan kenangan ini,
sal hitam putih dalam genggamanku. Berkali-kali aku harus menggengamnya dan
mengingat setiap rincian tentang kamu. Mungkin sebab itu para pecinta sering
berbagi kenangan-kenangan kecil untuk dibawa pulang. Dan kenang-kenangan kecil
yang aku bawa dari dirimu adalah sal hitam putih yang kemudian sepanjang
perjalanan hidupku, itu menjadi berarti meski tahun-tahun telah mengubur
peristiwa itu.
Tahun-tahun yang berlalu mengajariku
cara bertahan dalam perpisahan panjang. Membuat aku lebih sabar menerima
kenyataan bahwa kau dari masa lalu memang pada akhirnya tidak menjadi milikku.
Kau menjadi milik orang lain yang tempo hari pernah kau ceritakan. Aku belajar
menerima rasa sakit di dadaku sebagai sebuah kenyataan yang mengajarkan aku
bagaimana cara dewasa.
Kau memang telah meninggalkanku. Bahkan
sudah cukup lama. Aku menerima kenyataan pahit. Dan saat-saat kenyataan pahit
menghampiriku, sal hitam putih mengobati rinduku. Meneteskan air mata
perlahan-lahan di atas sal hitam putih. Mengikat kenangan-kenangan setelah
perpisahan di atas lembutnya sal hitam putih itu. Tidak hanya perempuan yang
boleh menangis, laki-laki juga boleh menangis untuk melepaskan beban rindu yang
ditanggungnya. Aku lelaki yang menangis untuk melepaskan beban rindu itu. Beban
rindu menerima kenyataan bahwa sekarang kita berpisah untuk tidak lagi bersatu.
Satu-satunya keyakinanku, aku masih memiliki kenangan yang siap berbagi
denganku kapan pun aku membutuhkannya.
Sal hitam putih itulah rupanya yang kau
sembunyikan tempo hari ketika berkunjung ke Moro. Kau tidak mau menceritakan
kepadaku tentang apa yang kau beli di Moro. Kau katakana hanya sekedar membeli
peralatan wanita. Kau katakan ini rahasia perempuan. Aku percaya kepada
rahasiamu. Saat perpisahanlah semuanya terungkap. Kau telah menyiapkan sesuatu
untuk perpisahan kita.
Sal hitam putih. Sesuatu yang akan aku
kenang sepanjang hayat, sepanjang aku masih mempunyai tempat untuk mengingat
kenangan. Kau pasangkan sal hitam putih, saat itulah mata kita saling bertatap,
hidung kita hampir saling sentuh, dan aku bisa merasakan hangatnya nafasmu. Aku
merasakan bahwa dirimu menyatu pada sebahagian badanku. Kemudian kau berujar
dengan amat perlahan, sebentar lagi kereta dari Yogyakarta datang. Kereta yang
aku tunggu akhirnya datang. Kita saling melambaikan tangan, meski dari kejauhan
aku harus melihat lagi air matamu berderai.
Apa kabar kau sekarang? Aku ingin
mengabarkan kepadamu sal hitam putih pemberianmu masih seperti dahulu juga,
menghuni kamarku, menemani perjalananku, mengisi hari-hariku.
ALIZAR TANJUNG I 20/05/15
