YANG DATANG DAN YANG PERGI


Tiba-tiba waktu seperti surut ke masa lalu dan kita di masa lalu seperti baru terjadi satu hari kemarin. Bukankah begitu kenangan selalu mempermainkan kita, yang terasa baru meski sudah berlalu bertahun-tahun, ada yang terasa sudah begitu lama meski baru satu hari berlalu. Dan kenanganku bersamamu seperti baru kemarin terjadi, meski hampir sepuluh tahun mendekati. Dan aku seperti mengalami dejavu setiap mengingat kenangan bersamamu. Barangkali ini memang seperti musim semi yang selalu tiba di tahun berikutnya, kenangan selalu tumbuh saat tiba di momen yang sama.

Saat aku sudah melupakan bagaimana cara berkomunikasi denganmu, saat aku melupakan nama apa yang aku pakai untuk mencatat nomor di ponselku, saat aku sudah mendelete foto-fotomu dari pc-ku, kemudian kau datang menanyakan kabar. Seluruh kenangan bermunculan di hadanku, mirip bioskop yang pemainnya adalah aku dan kau. Kita bermain konflik cinta, ada yang kesal, ada yang marah, ada yang menangis, ada yang kemudian mendiamkan, ada yang saling diam, dan ada yang saling berebut bicara.

Aku sudah melupakan tahun-tahun yang bergelantungan di langit-langit kama. Aku sudah melupakan rute jalan yang pernah kita lalui. Aku sudah melupakan kalimat-kalimat cinta yang pernah kita ujarkan setiap hari. Selalu saja ada kata-kata baru. Tepatnya aku sudah pura-pura melupakan semua itu. Sebagaimana kau sudah pura-pura melupakan aku saat bertemu kekasih yang baru. Kemudian kau datang kembali untuk sesaat. Menanyakan kabarku, sedang sibuk apa sekarang. Kau ingin menelponku, aku putuskan biarkan aku yang menelpon. Kemudian kata-kata mujarab yang sering kau gunakan untuk membuat aku tersanjung, “ternyata Mas masih seperti dulu. Senang mendengar suara Mas.”

Hanya itu yang kau katakan. Kemudian kau pergi berlalu seperti angin yang berhembus ke utara, sedangkan jalurku adalah ke selatan. Apa yang aku anggap sudah tiada, kau hadirkan kembali seperti masa depan yang sudah aku masuki selangkah. Sia-sia segala yang ingin aku lupakan. Percuma segala yang bernama nostalgia masa lalu. Aku kira di masa lalu apa yang sedang kita lalui adalah untuk masa depan. Tetapi ternyata masa lalui yang kita lewati adalah ibarat hujan yang singgah sebentar di musim kemarau, kemudian kemarau itu kembali datang untuk jangka waktu yang panjang.

Padang masih seperti itu, seperti itu juga. Dahulu kau pernah menginginkan ke Padang. Suatu saat entah kapan aku ingin berkunjung ke kotamu, Mas, bukankah begitu kata-katamu untuk membuat hatiku tenang dan pipiku memerah. Aku katakana silahkan datang, kita bisa berkunjung ke tempat-tempat yang belum pernah kau temui sebagai surganya dunia. Kau ingin melihat Padang dan menikmati masakan khas Padang, aku ingin mengajakmu ke jembatan cinta Sitinurbaya yang selalu hidup dalam legenda dan dipercayai dalam buku-buku sejarah sekolah.

Semuanya tentang kamu. Kamu datang lagi dengan suaramu yang berat yang tentunya sudah berubah dari suaramu yang dahulu. Dahulu dirimu masih gadis kencur yang beraroma manis. Sekarang, ah, sekarang aku sudah tidak sanggup untuk menyebutkannya. Aku cukupkan saja tulisanku sekian tentang kamu, kamu yang datang yang dan pergi.
           
ALIZAR TANJUNG I 20/05/15
Lebih baru Lebih lama