Lampu-lampu jalan utama Kota Padang
masih saja ramai seperti malam-malam sebelumnya. Ingatan tentang kamu masih
saja seramai lampu-lampu jalan. Faktanya aku tidak bisa melupakanmu, karena
memang cinta mengingat segala hal yang tak pantas untuk dilupakan. Mungkin kau memang
ingatan yang tidak pantas untuk dilupakan, kau ingatan yang harus dijaga dalam
hatiku yang sedang terluka. Jalan-jalan yang aku lewati di kota selalu saja
sama dari tahun-ke tahun, tetapi ada yang tidak sama yaitu ingatan tentang
kamu. Ingatan tentang kamu selalu baru dan menegurku.
“Kau mungkin saja bisa melupakannya,
tetapi kau tidak akan mungkin lupa tentang tempat yang pernah kalian kunjungi
berdua.” Aku ingin membunuh bisikan itu agar benar-benar sirna dari dadaku,
tetapi setiap aku hendak melupakan rasa sakit muncul tiba-tiba di dadaku.
Mungkin karena kau memang cinta yang tidak untuk dilupakan, kau cinta yang
datang untuk diingat dan membunuhku perlahan-lahan.
Pohon-pohon kota yang mengisi sepanjang
pinggiran jalan utama masih saja pohon-pohon kota yang dahulu yang tempo hari
pernah aku ceritakan kepadamu, tetapi ada yang berbeda. Dahulu saat aku
mengunjungi pohon-pohon kota itu ada kamu dari seberang yang menemani aku
melalui telpon. Sekarang saat aku melalui pohon-pohon kota itu hanya kenangan
tentang kamu, kenangan yang hanya bisa bicara dalam kepalaku.
Sedang apa kau sekarang? Aku sepulang
kerja di pusat kota. Satu-satunya kebahagiaanku menikmati pohon-pohon kota ini
sembari mengingat kenangan tentang kamu. Pohon-pohon ini mengingatkan aku
tentang banyak hal: tentang pohon-pohon di kotamu, tentang hujan yang turun
dengan perjalan, tentang suaramu yang serak-serak berat menggodaku, tentang
tanganmu yang menempel di saku bajuku sepanjang perjalanan jalan-jalan utama
Purwokerto, tentang kalimat-kalimat yang menyejukkan, terutama tentang begitu
mesranya kita berhenti di tengah hujan rinai.
Sekarang hujan rinai itu memang turun
juga, pohon-pohon berayun di terpa angin, rumah makan padang semakan banyak
saja, tetapi ada yang tidak ada yaitu kamu. Aku merindukanmu, aku merindukan
suaramu, aku merindukan parfum yang kamu pakai, aku merindukan tatapanmu yang
penuh cinta, aku merindukan senyumanmu, aku merindukan sorot matamu. Dan aku
menangis saat mengingatnya. Biarkan aku menangis. Laki-laki juga boleh
menangis, kalau menangis itu mampu mengurangi sedikit kesedihan dalam diriku.
S
alam rindu, Sayang. Salam cinta dari cinta yang tidak lagi pernah bertemu.
ALIZAR TANJUNG I 29/05/15