Hai yang lagi tersenyum. Begitukan jauh
lebih baik daripada kau terus manyun sepanjang hari. Senyummu sekarang
benar-benar mekar. Membuat aku juga tersenyum tiada habis-habisnya. Saat
tulisan aku tuliskan, senyumanku pun masih mekar. Terimakasih sudah tersenyum
hari ini. Hari ini terasa lebih baru saat melihatmu tersenyum dengan tulus. Setidaknya
itu menurut perkiraanku, senyumanmu hari ini penuh kebahagiaan. Terimakasih
sudah baikan dari sakitmu. Beberapa hari ini kita tidak bertemu, tidak saling
berkirim pesan, tidak saling telponan. Hal itu membuat aku begitu bahagia hari
ini. Terkadang hal-hal kecil memang jauh lebih membuat kita bahagia diluar yang
kita sadari.
Apa kabar gerangan gadisku yang lagi
tersenyum manis. Lagi-lagi aku harus kehilangan kata untuk menuliskan tentang
kamu. Engkau gadisku yang begitu unik hari. “Abang aneh,” ujarmu sok sewot
meski sebenarnya hatimu senang. Biarkan aku aneh hari ini untuk kamu, karena keanehan
ini mampu membuat kemesraan di antara kita. Sudah lama aku tidak lagi
mendapatkan kemesraan darimu, sekarang aku mendapatkannya lagi.
“Abang gombal,” katamu, biarkan aku
gombal. Kalau perlu berpuluh kali gombal untuk membuatmu terus tersenyum,
membuat senyum dengan begitu lebarnya. Sehingga hari-harimu dipenuhi dengan
senyum yang memesona. Kau dan aku saling tatap, saling menyimpan kerinduan
masing-masing. Aku memberikan satu kecupan di punggung tanganmu, kecupakan yang
membuat kamu tersipu malu-malu.
Aku begitu bahagia hari ini melihatmu,
kataku. “Abang bohon,” jawabmu dengan tertawa. Kata-kata mungkin saja
menyatakan hal yang tidak diinginkan, tetapi wajah selalu menyatakan kejujuran
bahwa dirimu sangat bahagia melihat kejujuran hatiku. Kemudian kita melihat
pohon-pohon yang menaungi tempat kita berjalan, kita saling senggol kecil,
saling tersenyum saat senggol-senggolan kita menimbulkan lelucon kecil. “Aku mencintaimu,”
bisikku di telingamu. Bisikanku membuat kamu terdiam. Aku kira kamu marah
kepadaku. Kau kemudian menangis. Susah payah aku harus membujukmu. Kemudian kau
katakana kepadaku, kau begitu terharu denganku yang tidak bosan-bosannya
mengucapkan kata cinta. Di situ aku menjadi bahagia.
“Nona manis yang lagi menangis, mari
kita lanjutkan jalan-jalan sorenya,” godaku. Kau kemudian berdiri dengan
terburu-buru, memukul bahuku. Kemudian berjalan cepat sembari tersenyum puas. Kau
menoleh ke belakang, kemudian mengedipkan mata. “Ayo pangeranku,” ujarmu yang
membuat aku terpingkal-pingkal sampai air mata kebahagiaanku menetes.
ALIZAR TANJUNG I 02/06/15
